Beda gila dengan jahat Dan tentang pernikahan

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.

Saya akan mencoba menjawab dengan sebaik mungkin berdasarkan informasi yang Anda berikan. Perlu diketahui bahwa istilah "gila" dan "jahat" memiliki makna yang berbeda. "Gila" adalah istilah yang sering digunakan secara umum untuk menggambarkan orang dengan gangguan jiwa atau gangguan mental. Gangguan jiwa adalah kondisi kesehatan yang melibatkan perubahan emosi, pemikiran, perilaku, atau kombinasi dari ketiganya. Sementara itu, "jahat" merujuk pada perilaku yang bermaksud jahat atau jahat. Dalam kasus penganiayaan majikan terhadap pembantu, jika majikan tersebut memiliki gangguan jiwa yang menyebabkan perilaku tersebut, maka mereka mungkin dianggap "gila" dalam arti medis. Namun, ini tidak berarti mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Mereka masih dapat dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun, jika seseorang memiliki gangguan jiwa yang parah dan tidak sadar akan tindakannya, seperti dalam kasus mbah jiwo yang memiliki skizofrenia berat, maka mereka mungkin tidak dapat disalahkan secara hukum. Tentang Putin, menyebutnya "gila" dalam konteks ini mungkin lebih merupakan ungkapan atau pendapat subjektif daripada diagnosis medis yang akurat. Lagu-lagu atau penggambaran yang menggambarkan Putin sebagai "gila" mungkin lebih merupakan ekspresi artistik atau politik daripada penilaian medis yang objektif. Perlu dicatat bahwa diagnosis gangguan jiwa harus dilakukan oleh profesional kesehatan mental yang berkualifikasi. Hanya mereka yang dapat memberikan penilaian yang akurat berdasarkan kriteria diagnostik yang ditetapkan. Tentang surat keterangan sehat jasmani dan rohani, serta surat keterangan berkelakuan baik dari Polri, persyaratan ini mungkin berbeda di setiap negara dan tergantung pada peraturan dan kebijakan yang berlaku. Jadi, penting untuk memeriksa peraturan dan persyaratan yang berlaku di negara Anda. Mengenai pernikahan, sulit untuk memberikan jawaban yang pasti tanpa informasi lebih lanjut. Namun, beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi penurunan jumlah pernikahan adalah perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Misalnya, perubahan dalam pandangan masyarakat terhadap pernikahan, penundaan pernikahan karena pendidikan atau karier, dan perubahan dalam pola hubungan interpersonal. Harap dicatat bahwa jawaban ini hanya berdasarkan informasi yang Anda berikan dan tidak menggantikan saran medis atau hukum yang sesuai. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut atau membutuhkan informasi yang lebih rinci, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau hukum yang berkualifikasi.